COMMUNICATING DURING THE COVID-19 PANDEMIC

Main Article Content

Imelda Ritunga

Abstract

Pembelajaran penting yang kita dapat dari pandemi di masa lalu dapat menjadi dasar dalam menghadapi pandemi COVID-19. General ethic consideration from influenza pandemic dari WHO memberikan pertimbangan terhadap apa yang perlu dilakukan dan mengkomunikasikannya.
Pertimbangan etik menjadi hal penting dalam mengambil keputusan. Prinsip keadilan, utilitas, efisiensi, timbal balik, dan solidaritas sangat membantu dalam konteks perencanaan kesiapsiagaan pandemi. Bagaimana menyeimbangkan antara hak, kepentingan dan nilai, perlunya pengukuran berdasarkan bukti ilmiah, bagaimana transparansi, keterlibatan publik dan mobilisasi sosial, serta informasi dan edukasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam mengoneksikan segala pertimbangan dan informasi. Dokter dalam menjalankan sumpah dokter di masa emergency memiliki kewajiban baik terhadap pasien, keluarga/yang merawat pasien, diri sendiri, terhadap sejawat, dan terhadap masyarakat. Dalam menjalankan kewajibannya, dokter membutuhkan pertimbangan etik (beneficence, non-maleficence, respect for autonomy, dan justice) dalam mengambil keputusan pada situasi sulit. Data WHO dan Kemenkes di bulan Agustus 2020 menunjukkan kondisi pandemi yang masih berlangsung. Komunikasi menjadi bagian terpenting menghadapi ancaman pandemik untuk membangun kepercayaan publik dan menjaga agar
tidak terjadi kepanikan dan penanganan berjalan lancar. Komunikasi di bidang kesehatan telah ada dari WHO dan Kemenkes dalam bentuk pedoman, protokol, hingga media informasi. Pilar komunikasi terkait COVID-19 berupa himbauan, koordinasi, pemberian akses informasi, serta
pengarusutamaan. Pada layanan kesehatan, komunikasi penting dilakukan kepada pasien dan keluarga/yang merawat, kepada sejawat, dan pada media sosial. Komunikasi dokter – pasien/keluarga dengan sopan dan penuh perhatian, mendengar serta mempertimbangkan kebutuhan
dan keinginan pasien, memberi kebutuhan dan menginformasikan dengan cara yang dapat dipahami, memastikan aturan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasien. Komunikasi dalam mengambil keputusan apakah dimasukkan atau tidak ke ICU, apakah “life support” dipertahankan
atau tidak, serta bagaimana mengkomunikasikan ke keluarga pasien memerlukan pertimbangan etik, dalam hal ini berpegang pada prinsip keadilan (triase). Komunikasi kepada sejawat berupa diseminasi ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan untuk kebaikan pasien. Gangguan psikologi tenaga kesehatan disebabkan perkembangan pandemi yang dinamis, dan beban kerja sebagai “garis depan”. Penghargaan sosial, penghargaan dari pimpinan dapat menjadi wujud komunikasi kepada sejawat dokter. Komunikasi pada media sosial digunakan secara tepat dan bertanggung jawab. Sebagai pelayan kesehatan, sebelum menyebarkan informasi, pastikan berasal dari sumber terpercaya dan terinformasi dengan baik.

Article Details

How to Cite
Ritunga, I. (2022). COMMUNICATING DURING THE COVID-19 PANDEMIC. Prosiding FK UC, 1(1), 35. Retrieved from https://journal.uc.ac.id/index.php/PFK2021/article/view/2583
Section
Articles